Selasa, 22 Maret 2011

TERNYATA AKU EMANG SUKA KAMU

Aduh gawat nih ada  polisi didepan. Kayaknya lagi ada operasi nih. Aduh bener – bener gawat aku kan gak punya SIM. Aduh gimana nih.
Ku hentikan motor ku agak jauh dari kerumunan polisi
“ Pak… Pak . di depan ada operasi yah ?” Tanya ku pada laki – laki setengah tua yang melintas di depanku dengan becaknya..
“ Iya, neng. Banyak yang kena tilang. Pada nggak punya sim.” Jawab si bapak tukang beca.
Aduh bener –bener gawat nih. Aku berpikir sejenak. Ku perhatikan orang – orang yang kena tilang itu
Ah aku punya akal. Kayaknya kendaraan – kendaraan yang berjalan lebih ketengah nggak kena tilang tuh. Dan sepertinya mereka menjalankannya biasa – biasa aja tidak menunjukan rasa was- was. Kayaknya aku juga harus kayak gitu biar gak kena tilang.
Ku hidup kan mesin motorku, lalu ku jalankan lebih ketengah jalan. Ku jalankan motorku sedikit lebih cepat dari biasanya.
Aku hampir melewati polisi – polisi itu hanya tinggal sepuluh meter lagi. Ku tancap gas motor ku. Tapi tiba – tiba salah seorang polisi berjalan ketengah dan menyetop motorku.
Aduh sial deh aku hari ini. Polisi itu memberi isyarat dengan tangannya, agar aku menghentikan motorku.
“Maaf mbak tolong berhenti sebentar. ” aku pun  terpaksa menepikan motorku.
Boleh lihat SIM nya.” Ditanya begitu aku langsung kelimpungan.
“Bo….. Boleh” jawab ku gugup sekaligus bohong.” Tunggu sebentar.” Aku pura – pura mencari benda tersebut di dalam tasku.
“ Ada mbak? ” Tanya polisi itu melihat aku lama mengaduk – ngaduk isi tas.
“Maap Pak Polisi kayaknya SIM saya  ketinggalan.” Kataku berbohong lagi sambil memandang kepadanya.
Eh, kayak kenal nih polisi. Pikirku.
Lalu ku lirik nama yang tertera di baju seragamnya. ADAM ATMAJAYA
“ Pak Polisi namanya Adam Atmajaya?.” Tanyaku bego.
Polisi itu memandangku. “  Ya Jawabnya pendek.
Kayaknya saya kenal sama anda.”
Polisi itu diam tak menjawab dia hanya memandangku.
“Pak Polisi mirip dengan teman saya.” Ku pandang polisi itu.
Aku yakin polisi itu pasti Adam anaknya om Fras, temennya papa. Walaupun hanya ketemu dia sekali, tapi aku masih ingat betul sama dia.
Polisi itu membuka helmnya, lalu tersenyum tipis padaku.
Tuh kan bener ini Adam anaknya temen papa waktu kuliah dulu.
“Tega yah, pura –pura nggak kenal.”
“ Maap bukan bermaksud begitu, tapi aku sedang tugas.”
“Tugas sih tugas, tapi nggak pake jutek gitu.” 
“ Maap !” kata Adam.
Ah tetep aja nggak berubah kayak dua tahun yang lalu masih kaku aja sikapnya.
“ Apa bener SIM kamu ketinggalan.” Tanya dia kembali kemasalah SIM
Aku cengar -cengir
“ Maap Pak polisi  sebenarnya aku belum punya SIM .” kataku setengah berbisik.
“Kamu udah  membuat dua kesalahan.” Kata Adam.
“Dua ?”
“Iya, yang pertama kamu sudah bohong kalo SIM kamu ketinggalan, yang kedua kamu sudah melanggar peraturan lalu lintas, belum punya SIM sudah berani bawa kendaraan kejalan raya.”
“Aduh Maap deh. Hari ini aku terpaksa.  kita damai aja ya!” kataku sambil mengeluarkan …..
“Maap saya tidak terima uang damai, itu sangat merendahkan propesi saya sebagai polisi.” Kata adam setengah ketus
Tetep nggak berubah selalu ketus, dingin dan kaku.
“ kamu ikut saya ke pos polisi untuk mengambil surat tilang, dan motor ini saya tilang.”
Aduh gimana nih kak Fadil pasti marah motornya di tilang.
“Adam kok kamu tega sih, kayak kamu nggak kenal aku aja.”
“Ini bukan soal kenal nggak kenal Mitha, tapi soal pelanggaran.” Jawabnya ketus.
Yah, susah deh kalo ngomong sama dia. Orangnya sok idealis.
Aku pun membuntuti dia ke pos polisi.  Setelah dikasih surat tilang   aku buru – buru keluar tanpa permisi. Sebelum keluar ku pandangi Adam dengan wajah kesal.


Aku buka pintu belakang rumah pelan – pelan, takut terdengar sama kak Fadil. Bisa gawat. Aku mengendap – endap menuju  kamarku. Kuraih gagang pintu dan ku putar pelan. Tapi.....
“ Eh udah pulang, kok nggak denger suara motor?” Kak Fadil udah ada di belakang ku.
Aduh aku harus bilang apa nih sama kaka Fadil ? bisa ngamuk nih kalo aku jujur.  Tapi kalo nggak jujur  bisa di musuhi sebulan. Tapi kayaknya lebih baik jujur biarin aja ngamuk nanti sore juga udah baik lagi. Biasa juga gitu. Kak Fadil paling nggak suka kalo diboongin.
“ Aduh maap kak Fadil ..., “ kataku ragu – ragu.
“ Kenapa ?”
“ Tapi janji jangan marah.” Bujuk aku. Kak Fadil ngangguk  “ Motornya ada di kantor polisi ..”
“ Apa....?” kak Fadil kaget mendengarnya.
“ Tuh kan marah, tadi janji nggak marah.”
“ Aku bilang juga apa! Kamu orangnya ceroboh.”
“ Tapi ini bukan masalah ceroboh. Aku nggak tau kalo hari ini ada operasi SIM.”
Kak Fadil Diam. Aku tahu dalam hatinya dia marah banget sama aku, pasti kesel banget. Tapi kenapa diam aja. Biasanya langsung kasih aku kuliah kepribadian.
“ Ya udah mana surat tilangnya.” Kuserahkan surat tilang itu sama Kak Fadil.
“ sidangnya besok. Kamu mesti bolos kuliah.” Kata kak Fadil.
“ Nggak bisa kak, besok aku harus presentasi depan dosen.”
“Nggak bisa. Itu hukuman buat kamu.” Kata kak Fadil sambil berlalu dari hadapanku.
“ Kak....”
“Apa lagi.?” Suara Kaka Fadil ketus
“Yang nilang Adam, anaknya Om Fras “
Kak Fadil memandangku. Lalu  melanjutkan langkahnya.


Lagu Sempurna yang dibawakan gita gutawa melantum dari hp ku tandanya ada panggilan. Ku raih hp ku, kulihat nomor baru yang muncul. Siapa nih ? pikirku.
“ Halo...”
“ Halo, Mitha ya?” suara di seberang sana.
“ Iya, maap ini siapa ?”
“ Baru tadi siang ketemu, udah lupa”
Oh aku tau pasti Adam.
“ Kamu aja tuh yang lupa.” Kataku ketus masih kesel. “ Ngapain telepon malam – malam.”
“ Maap deh mengganggu waktu istirahat kamu. Keganggu yah ?”
“ ya – Iya lah, soalnya aku mau tidur. Udah cepetan mau apa nelpon.”
“Aduh jangan galak galak dong. Kamu nggak berubah yah tetep kayak dulu, selalu galak kalo sama aku.”
“Ya salah kamu sendiri yang selalu bikin aku jadi ill feel.”
“ oh ya, bukannya aku ngangenin.”katanya narcis “ kamu juga ngangenin kok.”
Wah gombal nih anak, sejak kapan dia suka ngerayu cewek.
“Udah pandai ngegombal yah, kamu sekarang.”
“baru tau yah, aku dari dulu emang suka ngegombalin cewek. Terutama cewek secantik kamu.”
Ih narcis banget  nih cowok. “ Udah mau apa nelpon ?”
“Aku Cuma mau minta maap soal kejadian tadi pagi, terus mau mastiin kamu baik – baik saja.”
“ Ya, aku baik – baik saja.” Kataku ketus.
“trus mau ngingetin, kalo besok kamu sidang.”
“ Adam........awas yah kamu” teriakku, terdengar suara tawa di sebrang sana. langsung ku tutup teleponya.
Kesel banget aku sama dia. Udah dua tahun nggak ketemu. Eh ketemu – ketemu di insiden yang tidak menyenangkan. Dasar sial.


Selesai sidang aku celingukkan mencari adam. Kemana sih dia, sebelum sidang aku melihatnya disini. Ku edarkan pandanganku pada polisi –polisi yang lalu lalang. Tapi nggak kelihatan juga batang hidungnya.
“ Nyari siapa sih.?” Tanya Mama heran melihat aku celengak – celinguk.
“seseorang ma, mitha masih punya urusan sama dia.” Jawabku.
“Siapa ? “ mama mulai penasaran
“Nanti juga mama tau.”
“Ah kamu suka bikin tebak – tebakkan gitu.” Kata mama agak sewot dengar jawabanku.”Apa susahnya kalo jawab langsung nggak usah pake teka – teki gini.”
“ Udah deh, mamalihat aja nanti.” Aku jadi kesel lihat mama nggak sabaran.
Kemana tuh orang aku mau bikin perhitungan sama dia.
“siang, tante ! “ tiba – tiba terdengar suara seseorang menyapa mama.
“Eh, Adam !” mendengar nama itu disebut ku balikan badan ke arah mama. “Apa kabar ?”
Ini dia, cowok tengil itu.
“baik tante.”jawabnya sambil tersenyum dan melirik kearahku.
Kupasang muka jutek.
“oh ya. Kalian udah lama kan gak ketemu?” kata mama “kalo gitu kalian ngobrol – ngobrol dulu deh.” Aku melotot denger mama ngomong gitu ke Adam. “ Mama tunggu di mobil yah Mit”.
Mama berlalu meninggalkan aku sama  Adam. Aku jadi agak kikuk nih, ditinggal berdua gini.
“Maap ya, soal kemarin” kata Adam. Aku diam saja. “ Masih marah?”
Iya aku marah gara – gara kamu aku jadi bolos kuliah. Tapi kayaknya bibir aku jadi kaku, padahal tadi aku pengen banget nyakar mukanya.
“ ok deh, untuk menebus kesalahanku bagaimana kalo nanti malam aku traktir kamu makan kesukaanmu.”
Kupandangi dia dengan tatapan marah, lalu pergi meninggalkannya. Pangilannya gak aku denger.


Katanya dia mau traktir aku makan, tapi kok belum nongol. Dasar tukang bohong, tukang ingkar janji. Lain kali aku gak akan percaya sama dia. Tapi jangan – jangan  dia membatalkan niatnya, karena lihat aku ngambek.
Ih kok aku jadi ngarepin dia datang sih. Ada apa nih. Trus tadi pagi aku merasa rada deg –degan saat  adam memandangku. Aduh jangan sampe deh aku jatuh cinta sama dia. Malu dong kalo itu sampe terjadi , dulu kan aku yang nolak dia mati – matian. Masa sekarang aku yang jatuh cinta sama dia. Ih jangan sampe deh.
Tiba – tiba mama nongol dari balik pintu. “ Adam tuh, datang”
Ada rasa seneng denger dia datang, tapi aku pura – pura takut ketauan mama.
“ ngapain”
“Mana mama tau. Kamu tanya sendiri deh.”
“mama aja deh yang nemuin dia.”
“ih, yang dicarinya juga kamu. Kenapa mama yang harus nemuin dia.”
Ku seret langkah ku keruang tamu. Adam sudah nunggu.
“udah siap” tanya Adam saat aku hendak duduk.
“siap apa?”
“kan kita udah janji mau pergi makan.”
“ males .. ..”
“ kamu gak berubah, tetep aja selalu jutek, kalo ketemu aku.”
Aku kaget dengar adam ngomong gitu. Kalimatnya pendek tapi membuat aku. . .
Aku jadi merasa bersalah. Padahal Adam belum pernah melakukan kesalahan padaku. Soal kemarin dia hanya menjalankan tugasnya sebagai polisi.
Kami jadi sama – sama diam.
Tiba – tiba  lampu mati, seketika aku menjerit. “ mama . . . mama . . . mama. . .”
Tak terdengar sahutan mama. Aku jadi semakin panik, aku menangis, sambil teriak – teriak memanggil orang yang ada di rumah. Hanya suara Adam yang memanggil – manggil namaku.
“ Mitha . . . mitha. . .”
“ Adam. . .” aku meraba – raba kursi yang aku duduki.” Adam . . . aku takut.” Kataku sambil terisak.
Tiba – tiba sebuah tangan memegang tanganku hangat. “jangan takut aku bersamamu.”
Kurasakan tangan adam merangkulku, sepertinya dia memelukku karena ku cium bau parpumenya.
Ya tuhan terasa hangat, rasa takutku hilang sudah. Aku merasa damai didekatnya.
 Sejak kecil aku memang takut sama gelap, dan itu tidak bisa dihilangkan sampai sekarang.
Hembusan napas terasa di kepalaku, kayaknya kepalaku bersandar didadanya. Terdengar suara jantungnya berdetak. Detak jantungnya seperti mengisyaratkan sesuatu kedalam ke hatiku.
Sunyi tak terdengar  satu suarapun hanya hembusan napas kami berdua.
Tiba – tiba terdengar suara bisikan di telingaku “ I love you ”
Aku kaget mendengarnya, aku hendak melepaskan pelukannya, tapi tangan itu semakin kuat memelukku. Dan aku semakin tenggelam dalam pelukannya.
Samar – samar kulihat wajahnya. Ya tuhan wajah kami hampir bersentuhan saking dekatnya.
Ya tuhan diakah pendamping yang engkau kirim untukku, benarkah dia cowok yang selalu aku tolak kehadiranya yang akan menjadi jodohku.
Tanpa aku sadari Adam tak pernah hilang dari hatiku. Tanpa aku sadari selama dua tahun aku selalu berharap ketemu dia. Mungkin tanpa aku sadari aku mencintai dia. Iya, ternyata aku cinta sama dia.
“Ternyata aku sayang kamu.”
Adam mencium keningku. Ku beranikan untuk menyentuh wajahnya.
Selalu kalimat pendek yang keluar dari mulut Adam, tapi selalu saja aku menyadarkan akan sesuatu.

SELESAI