Kamis, 25 Agustus 2011

Nikah

Sepuluh hari lagi aku akan menikah, menikah sama cowok yang belum aku kenal yang bernama Arbiansyah. Anak  teman Ayah waktu SMA dulu, mereka pernah berjanji kalau punya anak laki –laki dan perempuan akan berbesanan.Omong kosong! semuanya cerita lama.
Aku udah berusaha   dengan seribu alasan menolak  rencana pernikahan ini.  Dari Alasan aku belum mau married sampai alasan tunggu  sampai  aku wisuda aja nggak  diterima. Alasan  aku selesaikan  skripsi dulu  juga di tolak. Ayah tetap dengan janjinya dengan keluarga firmansyah untuk jadi besannya.  Ayah  ingin  awal bulan besok kami menikah . Dan awal bulan itu sepuluh hari lagi.
Dan aku yakin Abi pun sama denganku menolaK perjodohan ini buktinya saat kami bertemu, dia hanya  bersalaman dan menyebutkan nama saja. setelah itu kami tak pernah lagi bertemu padahal udah hampir seminggu dari kami dipertemukan.  Telpon atau  sms sekedar menanyakan kabar, tidak ada . pertama kali bertemu sikapnya dingin dingin aja, kayak es
Yang aku tau Abi menyetujui pernikahan ini karena dia akan melanjutkan S3 nya di Ausi. Dan mamanya nggak ingin Abi punya pacar bule. Ah merananya aku baru nikah udah ditinggal pergi
Sekarang keluargaku dan keluarga Abi yang sibuk ngurusin semua perlengkapan pernikahan dari pesan undangan sampai pesan catering dan gedung.
Sementara aku sibuk sendiri dengan skipsiku yang harus segera selesai  bulan depan. Dan Aku tak tau apa yang sedang Abi sibukkan.
Tiba – tiba pintu di ketuk dari luar, Kak Gilang  melongok dari balik pintu.“Kata bunda undangan udah selesai , catat siapa temanmu  yang mau di undang.” Katanya sambil nyenyir.
“ Aku nggak ngundang siapapun.”
“ kok gitu.” Kak Gilang pura – pura kaget padahal dia tau kalo aku ogah ngundang teman – temanku.
“ Aku nggak mau semua temanku tau kalo aku akan nikah.”
“ ya. Terserah kamu lah”
Kak Gilang keluar kamar nggak banyak komentar karena dia tau betapa gencarnya aku menolak perjodohan ini.
Tiba – tiba bunda dah nongol di balik pintu.
“Cha, ini undangannya udah jadi.” Bunda menyodorkan undangannya pada ku. Aku pura – pura nggak dengar.
“ kata kak Gilang kamu nggak mau ngundang teman – temanmu, kenapa?”
 Aku diam , nggak menjawab.
“ Pernikahan itu sipatnya sakral loh , cha. Orang lain harus tau kalo kamu mau nIkah , kalo tidak, bisa – bisa menjadi fitnah.” Bunda mulai membuka cerahmahnya lagi soal pernikahan.
“Tapi Icha malu bun! Teman kuliah Icha belum ada yang nikah.” Aku merubah posisi dudukku.” Apalagi nikahnya pake acara di jodohin segala.”
“Perjodohan itu bukan sesuatu yang memalukan loh cha, karena  salah satu kewajiban orang tua loh, untuk mencarikan pasangan hidup anaknya.”
“Ah, Bunda ada aja alasannya.” Ujarku nggak percaya, itu hanya alasan Bunda aja untuk meyakinkan aku.
“ loh, iya. Bunda pernah baca di buku mencari jodoh.” Kata bunda lagi
“ Nggak tau ah, Bun! Pusing.” Aku beranjak keluar kamar.
“ Biar bunda aja yah, yang undang teman – temanmu.” Teriak bunda dari kamar.
Wah bahaya nih, kalo bunda yang tulis undangannya bisa – bisa semua teman kampus bunda undang.
“ Jangan bun, biar nanti icha aja yang tulis untuk teman – teman ica.” Kata ku kembali kekamar. Lalu kerebut undangan dari tangan bunda

Hari ini aku sekalian mau ketemu dosen pembimbingku di rumahnya. Aku harus sendirian, karena Rere nggak bisa mengantar aku, dia sama harus ketemu dosen. Aku membagikan undangan
Undangan sudah ditulis hanya teman – teman dekat saja yang aku undang, kira – kira Se puluh orang termasuk Rere sahabatku. Dia kaget banget waktu terima undangan.Dia tanya ini itu kayak polisi lagi ngintrogasi pencuri. Dan ujung – ujungnya dia pengen ketemu sama Abi
Dua jam menunggu  baru bisa ketemu dosen pembimbingku karena dia baru pulang dari luar kota.
Setelah selesai berbincang – bincang beliau menjelaskan apa yang seharusnya aku kerjakan. Aku pamit pulang.
Setengah 6 sore aku pamit pulang dari rumah dosen
 kayaknya sore ini akan hujan. kulihat awan hitam bergelayut di atas kepala ku. Angin berhembus sangat kencang. Tiba- tiba kilatan petir menyambar di depan ku diikuti suara ledakan Guntur.
Membuat ku bergidik takut. Ku percepat langkah ku menuju jalan raya karena dari rumah dosenku ke jalan kira – kira ada 100 m.
Ya Allah. Kilatan petir terus berkelabat di depan ku, dan akhirnya hujan turun dengan derasnya.
Aku berteduh di  depan toko makanan sekalian cari makanan ringan untuk isi perut yang belum di isi dari tadi siang.
Dering hpku berbunyi . bunda yang telpon, pasti kwatir banget karena aku belum pulang. Apalagi hujan deras gini. Kebetulan aku mau minta di jemput aja sama mang ujang.
“Halo bunda, aku ……” tiba tiba hpku mati batrenya lemah.
Ya Allah gimana nih hari mulai gelap, udah  satu jam aku berteduh di sini, hujan belum juga berhenti . mana nggak ada taxi ataupun angkot yang lewat.
Pemiliki toko beberapa kali menawarkan aku untuk tunggu di dalam, tapi aku menolak.
Aku celingukan , mencoba mencari taxi atau angkot dari balik hujan deras tapi tak kunjung ada yang lewat.
Aku mulai cemas gimana nih kalo hujannya gak berhenti. Saat celingukan gitu sekilas aku melihat counter pulsa di seberang jalan.
Siapa tau aku boleh meminjam cargernya.
Tanpa pikir panjang aku pamit sama yang punya toko dan lari menembus hujan, menyebrang jalan menuju counter pulsa.
Yang punya counter menyambutku dengan senyum, mungkin dia pikir aku akan beli pulsa.
“Mbak boleh minta tolong gak?” kataku dengan hati – hati.
“ Iya kenapa neng?”  jawab pemilik counter itu ramah.
“ Saya mau pinjam cargernya mbak. Mau telepon kerumah tapi hpnya robet.”
Setelah terisi penuh, ku hidupkan HP ku. Dan kuberikan uang  lima ribu pada pemilik counter.
Kulihat di layar hpku panggilan tak terjawab 3kali dari Abi.
Hah, Arbi. tumben dia menghubungiku.  Ada apa yah ?. Sejak pertama ketemu dia  belum pernah sekalipun dia calling aku.
Ku pencet  no Hp Abi. Aku pengen tau  tumben – tumbenan dia nelpon aku.
Terdengar suara nada tunggu 
“ Halo … icha yah?” terdengar suara Abi di sebarang sana.”  Icha kamu dimana sekarang.”
“ Abi,…..” aku sepertinya kikuk nih. Kenapa jantungku jadi deg –degan gini.
“ cha, kamu ada dimana kok belum pulang.” Tanya Abi lagi.
Kok Abi tau kalo aku belum pulang”  masih di jalan, Bi. Nunggu angkot. Mana hujah gede  lagi.”
“ Iya tapi kamu ada dimana.”
Ku sebutkan posisiku ada dimana
  yah udah tunggu aku lima belas menit lagi yah.” Kata Abi.
Hah, lima belas menit lagi. Emang dia ada dimana, Pikirku. Kalo dia ada dirumahnya nggak mungkin dalam waktu lima belas menit dia sampai disini.
Abi menutup teleponnya.
Tiba - tiba bunda telpon suaranya benar- benar cemas, anak gadisnya belum pulang, mana sepuluh hari  lagi mau nikah. Papa juga telepon, kak  Gilang, temen kampus yang mungkin di hubungi Bunda, selama nunggu Abi ada mungkin tujuh orang yang nelpon. Mereka bisa tenang, karena aku bilang aku di jemput Abi.
Sebuah mobil avanza berhenti tepat di depan counter hp tempat aku berteduh. Seseorang keluar dari dalam mobil sambil membawa payung
Ternyata Abi dia berjalan ke arahku. Ya tuhan jantungku berdebar – debar. Ada apa nih?
Dia tersenyum. Manis juga senyumnya.
“ hai, nggak kelamaan kan nunggunya?” sapa Abi “yu, pulang semua cemas nunggu kamu  pulang.”
Aku pamit sama yang punya counter, lalu masuk ke mobil Abi.
Dalam hati aku  masih penasaran. Dalam lima belas menit kok Abi dah nongol didepanku.
Aku beranikan diri tuk nanya sama dia. Dari pada penasaran.
“Bi….” Kataku memecah kebisuan.”tadi kamu nggak langsung dari rumahkan?”
Abi menoleh padaku,lalu konsentrasi lagi mengemudi.
“Emangnya kenapa?”
“Soalnya gak mungkin kan kamu sampai secepat itu.”
“Iya, aku emang udah ada di sekitar  tempat yang kamu katakan” kata Abi
“ Emang kamu ngapain di daerah itu.” Tanyaku heran
“ nyari kamu”
“ nyari aku.” Aku baru ingat tadi Rere bilang ada cowok nanyain, Kemana aku pergi.
Rere bilang kayaknya cowok itu kwatir banget sama aku. Jangan – jangan itu Abi.kalo kak Gilang gak mungkin. Rere kenal  sama dia.
“kok kelamun kenapa.” Abi ngagetin aku. “Tadi Bunda mu telpon nanyain kamu, Bunda kelihatan kawatir banget. Ayahmu juga,  Gilang juga. Terus aku coba menghubungi  no hp teman – temanmu yang diberikan bundamu, ternyata Cuma Rere yang tau kamu pergi kamana. Yah udah aku langsung cabut nyari kamu.”
Ya Tuhan Segitu kwatirnya orang –orang sama aku.
“Aku takut terjadi apa – apa sama calon istriku.” Lanjut Abi dan aku kaget dengernya.
Tapi ada rasa senang denger Abi bilang calon Istri. Abi ternyata tidak seperti yang aku bayangkan, dingin.
“Makasih yah!” kataku. Abi menoleh pada ku. Jantungku berdetak kencang saat kami berpandangan.
Cepat – cepat ku palingkan lagi pandanganku kejalan raya. Beberapa saat kami sama – sama terdiam.
“Boleh Tanya sesuatu bi,” tanyaku ragu – ragu . Abi mengangguk “ kok. Kamu mau sih dijodohin sama aku.”
Abi tersenyum mendengar pertanyaanku
“ lagian alasan mama kamu kan, Cuma takut  nanti di Ausi kamu punya pacar bule.”
Abi tersenyum lagi.
Aku jadi kesal lihat Abi Cuma senyum – senyum Aja, bukannya menjawab.
“kamu kok Cuma senyum – senyum aja sih, bukannya di jawab.”
Senyum Abi makin lebar lihat aku agak kesel. “bukan itu alasan sebenarnya.”
“trus apa?”
“ takut nanti aku ke Ausi, kamu dah nikah sama orang lain.”
Aku diam sedikit bingung.
“Tapi Bi, menurutku buat apa kita nikah kalo udah nikah kita berjauhan. Itu sama aja kan ……!”
“oh jadi kamu nggak mau jauh sama aku.” Kata Abi tertawa.
Aduh, aku salah ngomong nih.
“ bukan , bukan gitu. Maksudku itu sama aja kan kayak belum nikah, bisa nyari pacar gitu loh.”
“ Ya nggak dong, kalo ada yang naksir sama kamu, kan ada penghalang  suaminya.
Lagian siapa yang mau ninggalin kamu di sini. Aku akan ngajak  kamu ke Ausi ko.”
Ya tuhan, aku kaget banget dengarnya.
“ Aku nggak mau jauh – jauh dari Istriku.” Kata Abi sambil menghentikan mobilnya, udah sampai di depan rumah ku.
Abi kok ngomongnya jadi gombal gini
“ Kamu mau kan jadi istriku,” di Tanya gitu aku jadi gugup” nungguin aku pulang kuliah, menyediain makan pas ku lapar. Dan mencintai aku sepenuh hati kamu.”
Abi menatap mataku dalam – dalam sepertinya dia mencari jawaban di sana.
Ya tuhan. Rasanya aku ingin pergi saja. Untuk menenangkan debaran gantung ini yang semakin kencang.
“ Gak usah di jawab, karna aku  tau jawabannya. Kalo kamu juga suka sama aku.”
Abi  membuka pintu mobil.” Ayo turun semua nunggu kamu.”
Aku keluar dari mobil. orang tuaku dan orang tua Abi juga kak Gilang menyambut di halaman depan.
Mereka cepat – cepat memelukku.
Mungkin Abi benar kalo aku emang  mulai suka sama dia.


SELESAI

3 komentar:

  1. heheheee.... Perjodohan so sweet bangeeettt....

    BalasHapus
  2. swettt bgt sih jadi terharu

    BalasHapus
  3. http://beritadomino2o6.blogspot.com/2017/06/khusus-pria-nah-ini-dia-6-titik.html

    http://jutawandomino206.blogspot.com/2017/06/heboh-ikan-oarfish-terdampar-di.html

    http://marimenujudomino206.blogspot.com/2017/06/terbukti-setubuhi-anak-di-bawah-umur.html

    http://detik206.blogspot.com/2017/05/pesan-psk-yang-diinginkan-lewat-online.html


    HALLO TEMAN-TEMAN DAFTARKAN SEGERA DIDOMINO206.COM JUDI ONLINE TEPERCAYA & AMAN 100% !

    SANGAT MUDAH MERAIH KEMENANGAN TUNGGU APALAGI AYO BURUAN DAFTARKAN TEMAN-TEMAN^_^

    UNTUK PIN BBM KAMI : 2BE3D683

    BalasHapus