Kamis, 25 Agustus 2011

A Bin

Memang nggak terasa , tiba – tiba udah UAS lagi. Ini berati aku sudah enam bulan menjadi warga SMA ini. Seperti di SMP dulu kalo UAS posisi duduk peserta UAS pasti di selang – seling dengan kelas lain. Kelas satu dengan kelas tiga atau kelas dua.
Dan uas ku yang pertama ini di SMA kelasku di satuin sama kelas 3A. kelas yang paling di segani sama penghuni sekolah ini. Kelas anak – anak jenius. Karena hampir semua dari mereka kutu buku, jarang dari mereka yang suka haha .. hihi di kantin. Mereka lebih suka menghabiskan waktu isrirahatnya di perpus.
Dengan ragu Aku melangkah memasuki kelas 3. Ya Ampun anak –anak kelas tiga ada di kelas. Tapi kayaknya mereka lagi serius dengan buku yang mereka baca. Aku menguatkan hati untuk kerus melangkah. Tapi Dimana teman – temanku. Bukankah mereka juga akan UAS dikelas ini. Tak satu pun dari mereka yang tampak batang hidungnya.
Deg ..! semua mata anak kelas tiga beralih dari bukunya. Mereka memandang kearahku, tanpa arti.
Aku terus melangkah dan mencari meja yang memiliki nomor sama seperti dalam kartu ujianku. Dengan kepala sedikit tertunduk aku terus mencari bangku aku.
“ Hai anak kelas satu.” Sebuah suara mengejutkan aku.
Aku menoleh kearah suara itu. Bintang… … ya ampun itu Bintang. cowok yang paling terkenal ‘irit kata’ alias pendiem bin cool seantero sekolah ini. Mulutnya selalu terkunci rapat – rapat, dibuka kalo ada yang nanya saja itu juga hanya satu kata ya atau tidak.  cowok memandangku.
“ Tempat duduk kamu disini!”  . cowok itu menunjukan Kursi di sebelahnya.  aku masih tertegun.
Dan sepertinya Suara bintang membunyarkan konsentrasi mereka yang sedang asyik dengan bukunya. Mata anak –anak kelas tiga itu bergantian memandang kearah aku dan Bintang. Dengan pandangan yang sulit aku artikan. Ya … ampun aku seperti terpidana saja di pandang oleh mata – mata yang cool itu.
Dengan sedikit takut aku melangkah kearah Bintang eh … maksudku ke arah kursi yang di tunjuk bintang.
Eh … tunggu! kenapa Bintang  bisa tau kalo aku duduk di situ. Dalam hati
Bel berbunyi. Semua masuk kelas siap mengikuti tes. Juga teman – temanku masuk tanpa suara. Seperti dikuburan saja kelas ini. Sepi….
Beberapa menit kemudian guru pengawas masuk ruangan. Semua wajah menegang.
Petaka buat murid yang kebiasaan nyontek, kalo sekelas dengan 3A. karena mereka selalu menegur jika ada yang menyontek.
Lembaran soal mulai dibagikan. Jantungku deg-degan.entah karena lembar soal di hadapanku atau  karena Bintang duduk di sampingku. Tapi kayaknya karena dua-duanya, karena lembar soal juga Bintang. Aku jadi salting nih.
Gimana nggak salting cowok yang diam – diam aku kagumi sejak SMP. Cowok yang selalu menjadi inspirasiku untuk cerpen –cerpenku, untuk puisi – puisiku dan untuk selalu semangat belajarku. 
Enam puluh menit berlalu  ruangan kelas tetap hening, hanya suara kelas lembaran soal yang dibolak –balik . Semua peserta tes sibuk dengan lembar soal dan lembar jawabannya.

Ini hari kedua aku UAS. Jantungku deg – degan saat memasuki kelas. gimana nggak deg- degan aku bisa deket sama bintang.
di kelas hanya ada beberapa siswa, tetap seperti kemarin masih sibuk dengan buku – buku mereka. Begitu juga Bintang.
Cowok itu selalu penuh konsentrasi. Tatapan matanya yang tajam tak pernah jauh jauh dari huruf –huruf yang ada pada buku. Dia selalu bisa membaca dalam suasana yang rame seperti dikantin , tanpa merasa terganggu sedikitpun dengan suara tawa teman – teman, atau suara sendok yang beradu dengan piring atau suara penjaga kantin yang selalu teriak – teriak.. Mungkin kalo ada suara bom meledek pun konsentrasinya tidak akan terganggu.
Aku melangkah mendekati meja itu, dan menyimpan alat tulisku. Aku lihat Bintang gak bergeming. Dia masih asyik dengan buku fisikanya. Jam pertama memang ulangan fisika.
Kayaknya untuk berada disini membuat aku nervous.  Teman sekelasku kayaknya pada nggak betah lama – lama sama siswa- siswi yang cool. Mereka biasa ber ha..hi… seperti tanpa beban, nggak peduli sesulit apa soal – soal fisika yang penting bisa ketawa.
Aku hendak melangkah pergi. Tapi tiba – tiba. “ duduk aja. Kehadiranmu tidak mengganggu aku.”
aku memandang kearah Bintang, Bintang juga menatap aku. Ya ampun kuatkan hati aku bener – benar salting di depan bintang. Aduh Aku mau ambruk kayaknya di tatap gitu sama Bintang.
“ Lebih baik Menghapal , 10 menit menunggu bel masuk sangat berharga.” Duh kata – katanya Selalu bijak penuh dengan nasehat – nasehat yang berguna.
Aku pun nurut aja tapi aku tidak tau mau berbuat apa. Mau baca aku nggak bawa buku satupun.
Bintang menutup bukunya. “ kamu udah lihat madding belum. Cerpen yang ditempel hari ini ceritanya bagus. Kayaknya nyindir  anak – anak yang suka nyontek tuh. Saat ulangan.”
Aku hanya tersenyum.
“Semua siswa selalu suka sama cerpen karangan Abin.  Tapi mereka juga  penasaran sama pengarangnya. Termasuk aku. Abin nama yang unik tapi misterius.”
Aku hanya mengguk – angguk.
“Eh aku sering lihat kamu di komplek. Apa rumah kita satu komplek?”
“Iya” Jawabku pendek.
“Oh pantes.”
Ya Ampun apa Bintang nggak sadar kalo kita sudah bertetangga selama 5 tahun. Apa nggak sadar kalo rumah kamu itu bersebrangan dengan rumah aku. Ada rasa kecewa menghimpit aku. Selama ini Cuma aku yang sibuk merhatiin dia selalu tau setiap kegiatan dia. Sementara Bintang sendiri nggak tau kalo bertengga dengan aku.
Bel berbunyi panjang tanda ulangan akan di mulai.

Bintang meraba saku kemeja  seragamnya lalu celana seragamnya. Sepertinya sedang mencari sesuatu.
Tapi aku nggak berani bertanya. Hanya dalam hati sedang cari apa sih Bintang?”
Guru pengawas sudah membagikan lembaran soal. Dan lembar soal – aku dan Bintang sudah ada di meja.
Aku sudah mengisi identitas ku, tapi Bintang masih terlihat mencari – cari sesuatu. Aku berhenti mengisi identitasku, lalu memperhatikan dia.Bintang berhenti dan memandangku.
“kamu bawa pensil dua?”
Oh ternyata dia mencari pensil 2Bnya. Aku mengangguk.
“Ada Apa Bintang.” Tanya Guru pengawas.
Semua  siswa menoleh ke arah Bintang.
“Nggak Ada, Aku hanya ketinggalan Pensil.”
“ Trus, bagaimana kamu bisa mengerjakan sola ini kalo ketinggalan “
“ Aku pinjam sama Dia.” Bintang menunjuk ke arah aku.
Sekarang giliran aku yang jadi pusat perhatian.
“Oh ya Sudah.” Pengawas berlalu dari hadapan aku dan Bintang
 “Boleh aku Pinjam pensilmu.” Suara Bintang Pelan
“Boleh.” Aku mengorek – orek tempat pinsil yang terbuat dari kain itu  dan menyodorkan pencil itu sama Bintang.
“ Makasih ya !”
Ku jawab dengan tersenyum.
Semua siswa kembali sibuk dengan kertas ulanganya. Guru pengawas berkelilingi mengelilingi peserta UAS.
Sebelum aku berlalu meninggalkan sekolah, aku sempatkan untuk memilihat papan madding. ini  Karyaku yang kedua dalam minggu ini di temple. anak – anak pada suka sama cerpenku. Tapi mereka nggak tau kalo aku yang membuat. Aku selalu pake nama samaran di karya aku. ‘ A Bin’
“Cerpennya bagus, yah. Kayak nya ini cerpen baru lagi” sebuah suara mengejutkan aku. Dan sepertinya cowok itu menyadari kalo aku terkejut. “ Maap membuatmu kaget.”
Aku hanya tersenyum, sambil memegang dadaku.
Aku hanya diam seribu bahasa. Ingin mengatakan padanya itu aku, cerpen itu untuk kamu. Tapi bibir ini terkunci rapat.
“Diajak ngomong kok diam aja.”
“ Eh…Maap!” aku jadi kikuk “ Abisnya  aku bingung mau ngomong apa”
“ Ya apa saja. Kan nggak usah beli”
” Dan  yang paling membuat aku bingung, kamu terkenal sangat irit kata. Tapi dari kemarin kamu ngomong terus, ” Bintang tertegun lalu dia tertawa terbahak – bahak.
“ Tapi menurut aku, kamu loh yang paling irit kata. lima hari duduk sama kamu. Hanya tiga kata yang kamu ucapkan iya, tidak, dan boleh, saat aku pinjam pensil 2B kamu.”
“Ih.. iseng banget. Menghitung kata yang di ucapkan orang.”
“Abisnya kata – kata yang di ucapkan bisa kehitung. Tapi untuk hari ini kayaknya nggak deh. coba  berapa kata yang kamu ucapkan.”
Aku menggeleng. Bintang tertawa aku pun ikut tertawa. Anak –anak yang lewat pada melihat kearah aku dan Bintang dengan penuh tanda Tanya.
“ Oh ya ini pensil 2B kamu.Makasihnya.” Bintang menyodorkan pensil itu padaku.
Aku hanya menggaguk.
“Aku nggak mau jawabannya hanya dengan anggukkan.”
Mendengar itu aku melotot.” Iya !”
“Nggak mau juga kalo  terlalu pendek”
“Emangnya aku harus jawab apa” kataku kesel.
“Nah itu sudah cukup.”
“Ih, dasar nyebelin.”
Bintang tertawa. Ternyata cowok yang selalu terlihat cool bisa juga tertawa dengan keras. Di depan aku lagi. makin kiyut kalo tertawa gitu.
“ Yuk pulang bareng sama aku.” Bintang menarik tanganku.
Dadaku berdetak kencang. Seneng banget. Bagai melayang dilangit ke tujuh
Impianku jadi kenyataan. Dari dulu aku pengen banget deket sama Bintang, share sama dia, diskusi atau apalah yang penting bisa sama dia. Dan hari ini semua itu jadi kenyataan. Bintang berjalan di samping ku menuju kerumah sampil berbicara tentang semua hal.
Tapi  ada satu  pertanyaan  yang masih mengganjal dalam pikiranku.
Benarkah Bintang selama ini tidak menyadari klo kita bertetangga? Atau dia hanya pura- pura klo sebenarnya dia sering merhatiin aku?
Ih… ge- er amat klo Bintang sering merhatiin aku. Mimpi kali
Udah ah … gak peduli dengan pertanyaan itu.  Sing penting sekarang aku bisa deket sama Bintang.
 Aku tertawa dalam hati.
 Oh ya, perlu di ingat. Bintang gak boleh tau klo penulis cerpen itu adalah aku. Dan yang terpenting jangan sampai dia tau, A Bin adalah  singkatan dari Alya dan Bintang.
 Aku tertawa lagi dalam hati. Serasa hari ini dunia hanya miliki aku . heheheh yang lain pada ngontrak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar