Kamis, 25 Agustus 2011

KU TUNGGU MAAP DARI MU


“ Cha, ada seseorang yang ingin aku perkenalkan sama kamu.” Kata sena di depan pintu kamar
Pagi – pagi sekali udah nongol di depan pintu . kok mama ngijinin  sih orang bertamu pagi – pagi gini
“ siapa lagi  yang ingin  kamu jodohin sama , aku.” Ujar ku malas
“ ayo dong cha ! jangan gitu . kalo kamu seperti itu kapan kamu punya pacarnya.”
“udeh  deh ah ! apa kamu nggak bosen  jodohin aku terus sama teman – teman kamu.”
“ ayo dong cha ! “ kata sena memelas “ kalo kali ini kamu nggak oke, aku janji nggak akan  nyari pacar lagi buat kamu.”
“ basi ah ! janjinya udah keseringan di langgar. “ kataku sambil melangkah keluar kamar.
Sena menguntitku melangkah ke dapur
“ Please cha ! kali ini aja.” Sena menghalangi langkahku.  “ jangan tolak maksud baik  temanmu ini.”
“ maksud baik yang mana.”
“ maksud baik nyariin kamu pacar , supaya kamu lebih bahagia.”
“ apa! Kamu pikir selama ini aku kurang bahagia. Sotoy lu!” kata ku
Sena ketawa mendengar umpatanku
“ enggak , sekali anggak tetap enggak . aku malu nih dikira kurang kerjaan”
“ ah pokoknya aku nggak mau tau. Nanti sore kamu sudah harus sudah siap kalo dijemput Rian.” 
“ apa …!
Sena melangkah pergi. Meninggalkan ku yang masih kaget
Rian adalah pacar sena. Sebenarnya aku sedikit risih kalo ada Rian soalnya waktu semester 1 Rian pernah aku tolak waktu nyatain perasaannya.
Aku sendiri tak tau kenapa aku seperti ini. aku selalu  menolak setiap ada cinta yang datang mendekat.
Tak ada siapapun yang aku tunggu, tapi hati ini selalu mengatakan seseorang akan datang padaku.
Aku selalu mau di kenali sama teman – temannya sena. Hanya ingin mencari yang aku tunggu saat ini. Tapi sampai saat ini  seseorang yang aku tunggu itu tak pernah  ada.



Ku ketuk pintu rumah sena tiga kali, ternyata  tante mitha yang membuka.
“ eh cha-cha, mau ketemu sena yah? “ sambutnya ramah
“iya tante!  Masa mau ketemu mang udin.” Canda ku. Tante mita tersenyum mendengar sopirnya disebut – sebut “ Senanya ada?”
“ ada! masuk !”
“ sena . . . sen . ada cha – cha! Teriak  tante mitha memanggil anaknya
“ hai, girl. Are you ready?” tanyanya dengan centil
“ apaan sih “  kataku sambil mencubit pinggangnya.
“ tenang aja dia nggak tau kalo aku yang  punya rencana ini, so you calm down, oke!” ujarnya sambil nyengir.
“ dasar  mak lampir !’umpatku
Sena menuntunku ke halaman belakang disusul Rian yang tadi memakirkan mobilnya dulu.
Seseorang  sedang duduk sambil  asyik dengan laptopnya. Aku sedikit enggan untuk menemuinya
“ hai , serius amat ! ngapain sih .”   sapaan sena mengejutkan  cowok itu. Cowok itu  tidak merespon sena.
“Kenalin ini  teman kuliah “ cowok itu  mengangkat kepalanya dari laptop dan meletakkan laptopnya di meja, lalu berdiri dan membalikkan badanya.
“ kian…. “ ucapannya terhenti
 dan  betapa terkegutnya aku begitu cowok itu membalikakan badan dan menyebutkan namanya.     Aku yakin cowok itupun sangat terkejut begitu melihat aku
Wajahku langsung memerah  menahan marah  yang selama ini aku pendam. Tanpa pikir panjang aku balikkan badan dan pulang.
Tak ku hiraukan teriakan sena yang memanggil namaku dengan wajah keheranan melihatku yang tiba – tiba pergi.
Sena mengejarku  sampai di garasi dia menarik tangan ku.
“ kenapa sih ?  kok langsung pergi gitu aja.” Sena menatap wajah ku.penuh selidik “ are you oke?
“ aku nggak oke, “ jawab ku ketus “aku mau pulang.” Aku coba menahan semua perasaan yang ada
“ iya, kalo kamu  nggak suka , jangan gini dong .itu menyinggung perasaannya.” Kata sena” ada apa sih?
 Aku menggeleng “ aku pulang yah! Aku melangkah  pergi
“ cha … cha tunggu dong.” Tak ku hiraukan lagi panggilan Rian dan sena.
Aku ingin pulang dan menumpahkan tangisku diatas bantal.

Dua hari aku  berusaha menghindari sena dan Rian. aku nggak ingin ketemu sena dan Rian yang akan mengajukan banyak pertanyaan atas semua sikapku waktu itu. Teleponnya juga nggak aku angkat.
Kehadiran cowok itu  membuatku membuka kembali kenangan waktu SMA. Kenangan yang membuatku malu, yang membuatku menangis, aku nggak bisa  melupakannya sampai saat ini
Dia, kian cowok yang sangat aku benci. Dia bersama gengnya selalu membuat ulah di sekolah, selalu mempermainkan teman – teman cewek.
Dan suatu hari giliran aku yang di kerjaian kian  bersama gengnya.  Kian bersama gengnya membawaku ketengah lapang  dan mengikatku di tiang bendera. Demi uang  taruhan seratus ribu kian menciumku di depan semua siswa kelas satu dan dua.  Aku nangis minta tolong tapi tak seorangpun berani menolongku dan kerumunan bubar karena datang kepala sekolah. Kepala sekolah melepaskan ikatanku dan aku terjatuh pinsan, sampai aku sakit selama seminggu.
Aku marah bila ingat kejadian itu, aku malu bila mengingat semuanya, malu sama teman – teman sekolah.  Akhinya aku pindah ikut mama di bandung. Walaupun sedih harus meninggalkan nenek yang begitu menyayangiku.
Tapi entah kenapa sampai saat ini hanya wajah itu yang masih aku ingat sampai sekarang. Kadang bermain – main dalam benak ku
“cha….!” Sebuah tepukan di pundak mengagetkan aku, Sena
“Maapin aku yah.” Sena memandang wajahku, wajahnya tergambar penyesalan“ kamu nangis cha …”
Aku menyusut airmata yang tidak terasa keluar. Aku mengangguk. Sena memeluk erat. Mengelus- elus punggungku. Sena menarik napas panjang. Sepertinya ada perasaan bersalah yang mendalam dari hempusan napasnya.
“ Maafkan kakakku yah… “ aku melepaskan pelukan Sena kaget mendengar ucapannya. Aku memandangnya heran
“ apa . . ?”
Sena mengangguk, seperti tau apa yang akan aku ucapkan.
“ Iya Kian kakakku, maafkan kelakuan dia sama kamu yah!” Sena memegang tanganku “ Kian sudah cerita sama aku semuanya.”
Aku hanya diam, tak menjawab, terasa berat untuk menganggukan kepala.
“ Sekarang dia ingin menemuimu. Kamu maukan menemui dia.”
Aku masih diam tak menjawab.
“ cha jawab jangan diam saja,”
Aku tak bisa menjawab karena Kian sudah berjalan kearah ku. Tapi jantungku berdebar kencang.
Sena tak melanjutkan ucapannya, karena kian sudah berda di hadapan kami. Sena pergi meninggalkan kami. Dari pandangan sena , dia terlihat was – was.
Kian memandangku, aku membuang muka untuk menyembunyikan perasaanku
Kian duduk di sampingku. Dan aku berusaha untuk menenangkan diriku.
Kami masih sama – sama diam.
“ cha…” kian diam . kami sam – sama diam.  Kian menarik napas panjang, terasa berat seperti ada beban yang di pikulnya.
“ cha … kamu masih  marah sama aku ?”
Aku diam tak menjawab, aku tak mau memandang wajahnya.
“Maafkan kelakuan aku dulu cha.” kian masih terus memandang ku “ kamu mau kan memaafkan aku ?” seperti mencari jawabanya di mataku.
 aku masih diam, tapi  tiba – tiba air mataku mengalir, aku tak bisa menahan tangisku.
Mendengar  isakku tiba – tiba kian memeluk ku.  Aku berusaha melepaskan pelukannya. Tapi Kian memelukku dengan erat.
“ Cha biarkan aku memelukmu. Biarkan aku memelukmu.” Suara kian seperti  nahan tangis.” Maafkan aku, maafkan aku cha.”
Ya tuhan sepertinya aku luluh mendengar permohonan maafnya
Mulutku seperti terkunci tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
“Dua tahun aku mencarimu Cha, “
entah kenapa sepertinya rasa marah ku, rasa dendamku  padanya hilang
Kataku tersenggal –senggal  ” Tapi tolong lepaskan aku. Aku nggak bisa napas .”kataku.
“ oh maap !” kian melepaskan pelukannya. Dia sedikit kikuk.
Itu karena aku tak mau kehilangan mu lagi. ini saat yang aku tunggu selama dua tahun untuk meminta maap sama kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar